Khittah Salafusshalih dan Kebermadzhabannya
Para Salafunasshalih dalam berpegang teguh pada agama memiliki pijakan yang patut kita ikuti. Mereka dalam memahami agama ini (read:Islam) tidak dengan pemikirannya sendiri, melainkan berpegang pada para imam madhzab. Hal tersebut kemudian memunculkan suatu pertanyaan besar. bolehkah kita menjalani agama ini dengan tanpa bermadzhab? untuk apa bermadzhab jika madzhab itu sendiri bisa saja memiliki keluputan? sama seperti manusia pada umumnya?
Saudaraku..
Bermadzhab itu sangat perlu. mengapa? Sebab para imam madzhab sendiri juga memiliki mata rantai keilmuan yang sampai pada Rasulullah SAW. Kendati mereka pasti memiliki kesalahan, namun keselahan para imam madzhab tidak seperti kesalahan kita, terutama dalam pemahaman agama. Bahkan keilmuan para imam madzhab pun tidak berhenti dalam diri mereka sendiri,melainkan mereka menurunkannya kepada para murid-muridnya.
Tarikh Para Imam Madzhab dan Pengikutnya
Ada beberapa keterangan singkat mengenai periode kehidupan para imam madzhab beserta keterangan para pengikut madzhab-madzhab ini, diantaranya:
- Imam Hanafi (80 H): salah satu imam yang bermadzhab hanafi adalah imam Al- Jariri
- Imam Maliki (93 H): salah satu imam yang bermadzhab maliki adalah imam As-Syibli, imam Asy-Syadzli
- Imam Syafi'i (150 H): salah satu imam yang bermadzhab syafi'i adalah imam Bukhori, imam Abu Hanifah, imam An-Nasai, imam Al-Muhasibi
- Imam Hanbali (164 H): salah satu imam yang bermadzhab hanbali adalah Syaikh Abdul Qadir Jailani
Lantas, apa dan siapakah Sawa'idul Adzam itu sendiri?
Rasulullah Bersabda:
إن الله لا يجمع أمنتي على الضلالة. ويد الله على الجماعة. من شذ شذ إلى النار (رواه الترمذي)
dalam redaksi Ibnu Majah berbunyi:
وإذا وقع الاختلاف فعليك بالسواد الأعظم مع الحق وأهله
sedangkan dalam redaksi Jami As-Saghir, disebutkan:
إن الله قد أجار أمتي على الضلالة
Beberapa redaksi di atas
memberikan suatu pemahaman bahwa apapun permasalahan yang menjadi
perdebatan,maka yang dijadikan pijakan adalah pendapat kelompok yang paling
banyak. Sebab kelompok tersebut tidak
akan terjatuh dalam jurang kesesatan dan hal tersebut merupakan jaminan Allah
yang ditorehkan dalam sabda nabi,sedangkan sabda nabi pasi bernilai kebenaran
wahyu.
0 Komentar