Pengertian Metode Audio Lingual
Metode Audio Lingual adalah salah satu metode yang digunakan dalam
pembelajaran bahasa yang didasarkan pada beberapa asumsi bahwa bahasa merupakan
sebuah ujaran. Sehingga dalam pembelajarannyaharusdimulaidengan mendengarkan
bunyi-bunyi bahasa dalam bentuk kata,kalimat,kemudian mengucapkannya.
Pembelajaran bahasa Arab
yang didasarkan pada metode ini lebih mengucapkan proses mendengar dan
berbicara dengan bahasa dibandingkan
dengan membaca dan menulis.
Sejarah Metode Audio Lingual
- Perang dunia ke II, Amerika membutuhkan personalia yang ahli dalam bahasa Asing untuk ditugaskan di beberapa negara sebagai penerjemah dokument atau pekerjaan yang memerlukan komunikasilangsung dengan penduduk sekitar
- Amerika membentuk badan ASTP (Army Specialized Training Program) melibatkan 55 negara yang tujuannya adalah untuk menciptakan keterampilan berbicara bahasa Asing
- Pengajaran bahasa Asing model ASTP yang bersifat penyajian pengajaran bahasa Asing dengan lisan dianggap berhasil. Oleh universitas Micigan (Amerika) dikembangkan dan diberi landasan metodologis
- Di waktu yang sama, di Inggris juga turut serta dikembangkan metode oral approach yang mirip dengan metode yang dikembangkan di Amerika
- Inilah yang menjadi cikal bakal berkembangnya metode Audio Lingual dalam pembelajaran bahasa Asing yang didasari oleh berbagai asumsi-asumsi
Asumsi Metode Audio Lingual
Hakikat Bahasa: Bahasa adalah ujaran. sehingga dalam pengajarannya harus dimulai dari mendengar dan berbicara
Habituasi: Manusia dapatmenggunakan suatu bahasa di lingkungannya karena ada habituasi (kebiasaan) yang dilakukan berulang-ulang
Variasi Bahasa: Bahasa itu variatif, sehingga dalam pengajarannya harus dibarengi dengan pemilihan bahan ajar berbasis hasil analisis kontrastif antara bahasa ibu dan bahasa target
isi: Ajarkan bahasa bukan mengajarkan tentang bahasa yang hanya berfokus pada kaidah-kaidah bahasa
Karakteristik Metode Audio Lingual
- Tujuan pembelajaran bahasa adalah penguasaan
4 keterampilan berbahasa secara seimbang
- Pembelajaran bahasa dimulai dari urutan
mendengar, berbicara, membaca, kemudian menulis
- Model kalimat dari bahasa asing diberikan
dalam bentuk percakapan untuk kemudian dihafalkan atau bahkan dimodifikasi
- Penguasaan polakalimat dilakukan dengan
latihan-latihan pola
- Penggunaan kosa-kata selalu dihubungkan
dengan konteks kalimat atau ungkapan
- Pelajaran menulis merupakan manifestasi dari
berbicara, sehingga tulisan terdiri dari pola kalimat yang diambil dari
kosa-kata yang sudah didapatkan secaralisan
- Ada pembatasan dalam hal penerjemahan
- Gramatika tidak dititik beratkan dalam
pengajarannya. Jika diperlukan, maka pengajarannya menggunakan metode
induktif (terperinci-umum)
- Guru menjadi pusat pembelajaran, siswa hanya
memberikan respon dari stimulus guru
- Penggunaan rekaman, laboratorium sangat
dipentingkan.
Praktik Metode Audio Lingual
- Penyajian dialog pendek. Guru
mengulang-ulang, dan peserta didik menyimak tanpa melihat teks
- Peserta didik menirukan dan menghapalkan
dialog dengan teknik menirukan bacaan guru kalimatper kalimat sambil
menghapalkan kalimat tersebut.
- Penyajian pola kalimat yang digunakan dalam
dialog karena adanya perbedaan antara bahasa Asing dengan bahasa Ibu
dengan cara drill
- Mendemonstrasikan dialog yang sudah
dipelajari secara bergantian
- Membuat kalimat lain sesuai dengan pola
kalimat yang dipelajari.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Audio
Lingual
Kelebihan
- Peserta didik akan memiliki pelafalan yang
baik karena sering terulang-ulang dan akhirnya terbiasa
- Peserta didik terampil dalam membuat pola
kalimat yang sesuai dengan pola yang diajarkan
- Peserta didik dapat melakukan komunikasi
lisandengan baik karena latihan menyimak dan berbicara dilakukan secara
intensif
- Suasana kelas semakin hidup karena peserta
didik aktif melakukan komunikasi lisan dengan metode dialog
- Daya ingat peserta didik tentang pola kalimat
menjadi terlatih karena sering menghafal dengan melalui pendengaran
(menyimak)
Kekurangan
- Respon peserta didik cenderung mekanis dan
sering tidak mengetahui makna ujaran yang diucapkan, karena hanya fokus
pada meniru ucapan guru dan menghafal pola kalimat
- Peserta didik hanya akan berkomunikasi
menggunakan pola kalimat yang dihafalkannya tanpa mencoba merubah pola
kalimat yang lain
- Makna kalimat diajarkan terlepas dari konteks
dan pelajar hanya memahami satu makna, padahal satu kata atau ungkapan
dapat memiliki berbagai makna
- Keaktifan siswa di dalam kelas hanya bersifat
semua, karena mereka hanya merespon rangsangan guru
- Semua bentuk latihan, materi, sampai model pertanyaan dan jawaban ditentukan oleh guru sehingga tidak ada inisiatif dari peserta didik
- Kammil Ramma Oensyar, Pengantar Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (IAIN Antasari Press, 2015).
- Abdul Wahab Rosyidi, Mamlu'atun Ni'mah, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN-Maliki Press, 2011)
0 Komentar