Advertisement

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Seni Debat: Pengertian, Sejarah, Tujuan, Manfaat, Adab, Aturan, dan Metodologi Berdebat

 


Pengertian debat (تعريف المناظرة)

Pengertaian seni berdebat:

  • Kata “المناظرة” secara bahasa adalah bentuk masdar dari fi’il yaitu “ناظر” mengikuti wazan “فاعل” menjadi “مفاعلة”. Wazan “مفاعلة” berfungsi untuk “مشاركة بين الطرفين أو أكثر” yang biasa dimaknai dengan kata “saling”. Alias saling berdebat, berdialog, bercakap-cakap.
  • Debat menurut istilah merupakan seni bertukar pendapat antara dua kelompok  berbeda (pro-kontra) yang membahas satu permasalahan. Dimana, setiap kelompok saling melempar pendapat, mempertahankan pendapat, menggunakan dalil demi meyakinkan khalayak umum.
  • Ada beberapa padanan kata yang memiliki makna yang sama dengan “المناظرة” yaitu: “المجادلة”.
  • Ada beberapa ulama yang membedakan kedua istilah tersebut saperti syaikh muhammad abu zahroh (1316 – 1394 H), beliau menjelaskan secara bahasa kata “المناظرة” bertujuan untuk mendapatkan kebenaran dari tema yang diperdebatkan 2 kelompok. Sedangkan kata “المجادلة” bertujuan untuk mengalahkan lawan dalam hal penggalian dalil.
  • Kata lain yang semakna dengan “المناظرة” adalah المنازعة، المناقلة، المجاذبة، المماتنة، المغالبة، المناضلة وغيرها
  • Seni berdebat dianggap sebagai seni melatih pikiran atau akal manusia.
  • Seni berdebat juga merupakan cara untuk menganalisa suatu permasalahan.
  • Seni berdebat merupakan aktifitas kebudayaan yang digaungkan seseorang, kelompok, lingkungan, atau majelis yang berbeda-beda.
  • Seni berdebat memiliki peranan dalam membentuk karakter peserta didik, membiasakan dalam menekuni seni berbicara, melempar pendapat dalam bingkai menghormati pendapat orang lain walaupun salaing bersebrangan.
  • Rukun debat ada 2, yaitu: 1) tema/motion debat, 2) kelompok pro dan kontra.
  • Syarat debat ada 3, yaitu: 1) setiap pembicara memiliki pengetahuan tentang perdebatan, 2) setiap pembicara memiliki wawasan tentang tema yang akan diperdebatkan, 3) tema harus memiliki nilai yang dapat diperdebatkan, 4) antara kelompok pro dan kontra harus berada dalam satu jalur pembahasan, misal jika pembicara pro sedang membahas tentang fiqih, maka pembicara kontra tidak boleh membahas tentang nahwu.

Sejarah seni berdebat (تاريخ فن المناظرة)

Seni berdebat (percakapan) merupakan sebuah seni yang sebenarnya sudah ada sejak dahulu. Bahkan al-Qur’an pernah mengabarkan tentang contoh debat (percakapan) seperti percakapan antara Allah dan para Malaikatnya, percakapan antara para nabi dengan kaumnya, percakapan antara ayah dan anak, percakapan antara kakak dan adik.  Bahkan selama sejarah peradabannya, islam tidak pernah sepi dari yang namanya debat/percakapan/pembahasan/musyawarah bahkan seni ini semakin berkembang dalam peradaban islam.

Seni berdebat juga populer dalam dunia filsafat yunani tepat di zaman pemikiran aristoteles dan plato, dimana mereka menciptakan suatu istilah yang dikenal dengan metode berdialog. Dalam istilah arab zaman dahulu diterjemahkan dengan istilah “tobiqoh” (nama buku aristoteles). Seni debat merupakan seni asli dalam kebudayaan bangsa arab dan dunia islam.  Sejarah seni berdebat mencapai puncak popularitasnya di negeri Andalusia tepatnya debat yang bersandar pada al-Qur;an, Hadits nabi, serta warisan sastra kuno.

Debat di era bani abbasyiah (المناظرة فى العصر الباسي)

Seni berdebat berkembang pesat di zaman bani abbasiyah dan telah menjadi salah satu seni penting yang dikagumi dan diapresiasi oleh semua kalangan di masa itu seiring dengan semakin masifnya debat verbal diantara para filosof, pemikir, cendekiawan, dan para ahli hukum tentang masalah-masalah ilmiah, madzhab. Perdebatan tersebut terjadi dalam berbagai kerangka-kerangka keilmuan yang beragam dengan semakin banyaknya dan beragamnya ilmu pengetahuan, sepertihalnya diskusi dan dialog yang luas. Ada juga kerangka debat yang diperuntutkan khsusus untuk para cendekiawan, filsof, komentator, penyair, pendongeng, ahli bahasa, dan lain sebagainya.

Di masa bani abbasiyah kaum mu’tazilah merupakan salah satu kelompok yang paling terpopuler. Mereka memiliki keunggulan dalam menggunakan metode berargumentasi dan berdebat dibandingkan dengan kelompok-kelompok yang lain.  Mereka unggul dibandingkan dengan kelompok lain dalam masalah berdebat. Sehingga membuka jalan bagi munculnya sekte tersebut. di zaman ini (zaman abbasiyah) merupakan panggung perdebatan tentang masalah teologi dan filsafat, sehingga dengan mudah didapati perdebatan-perdebatan yang luar biasa. Kalau disamakan dengan zaman sekarang seperti perdebatan antara ulama syiah dan ulama sunni tentang masalah imamiya.

Tujuan debat (أهداف المناظرة)

  • Meningkatkan semangat penelitian di kalangan mahasiswa untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
  • Mengembangkan keterampilan berfikir, memahami, dan menyimpulkan fakta.
  • Mendidik mahasiswa tentang masalah publik dan meningkatkan pengetahuan mereka tentang masalah tersebut.
  • Mendorong mahasiswa untuk membaca secara bebas, mengakses informasi dari sumber primer, mengumpulkannya dan menggunakannya untuk berdialog.
  • Mengembangkan keterampilan analisis, kritik dan mengekstrak gagasan utama.
  • Mengembangkan keterampilan penalaran dan argumentasi dengan logika dan bukti yang dibuat-buat.
  • Mengembangkan keterampilan berbicara di depan publik, kemampuan improvisasi.
  • Memperkaya kekayaan intelektual linguistik untuk mempertahankan pendapat.
  • Mengembangkan keterampilan berbahasa yang mungkin tidak didapat dalam kurikulum pendidikan.
  • Mengembangkan keterampilan berbicara yang efektif.
  • Meningkatkan semangat persaingan positif.
  • Membiasakan mahasiswa mendengarkan pendapat orang lain, menghargai dan menghormatinya.
  • Menjauhi fanatisme.
  • Melatih mahasiswa untuk percaya diri.
  • Dan lain sebagainya.

Manfaat debat (فواعد المناظرة)

  • Menghindari penilaian abstrak dalam permasalahan yang sesuai fakta dan melakukan perdebatan dengan pendekatan yang sesuai dan masuk akal.
  • Menghindari emosional, personalisasi.
  • Menghindarkan dua kelompok dari sifat fanatik buta.
  • Melatih sopan santun dalam berucap, menghindari sifat suka menyerang dalam pembicaraan atau mencemarkan nama baik, mengejek.
  • Mengamalkan prinsip-prinsip dialog dan etikanya.
  • Memperdalam dimensi permasalahan dan latar belakangnya hingga terealisasikannya pandangat dan pendapat yang meyakinkan.
  • Mengikuti metode yang tepat dan masuk akal seperti memberikan dalil yang meyakinkan dan tidak bertentangan satu sama lain.
  • Mampu menggunakan bahasa secara efisien
  • Menghilangkan rasa takut pada diri mahasiswa dalam situasi apapun terutama di hadapan masyarakat.
  • Meningkatkan kemampuan kognitif meliputi pemahaman, observasi, mengingat, menganalisa, dan menyimpulkan

Seni berdebat dalam pembelajaran bahasa (المناظرة وتعلم اللغة)

Berdebat dalam bidang pendidikan memiliki banyak manfaat. Beberapa dampak positif dari berdebat dengan keterampilan berbicara adalah:

  • Melatih keterampilan berbicara fusha.
  • Meningkatkan keterampilan berbicara.
  • Pemantapan proses pembelajaran misalnya aspek kebahasaan dengan mempersiapkan mahasiswa untuk berdebat. Kita dapat mengetahui kekurangan bahasa mereka, meberikan dukungan bahasa yang dapat membentuk keterampilan bahasa mereka, memberikan solusi terhadap kelemahan berbahasa mahasiswa.
  • Meningkatkan beragam keterampilan berbahasa seperti: muhadatsah, istima, kitabah, qira’ah, berfikir kritis dan inovatif, kemampuan berdebat.
  • Dapat menggunakan dalil-dalil yang dapat membantu meningkatkan keterampilan analisis bahasa secara mendalam, sehingga dapat menghindari performansi yang lemah.
  • Membentuk keterampilan dalam mengungkapkan isi fikiran.

Adab dalam berdebat (أداب المناظرة)

Berdebat juga harus dilakukan dengan sopan santun atau adab yang baik. Diantara adab atau perilaku yang harus ditanamkan dalam berdebat antara lain:

  • Setiap kelompok harus berbicara dengan penuh kesopanan, jauh dari nilai-nilai penghinaan.
  • Menghindari perbuatan ketidakseriusan, tertawa, atau menyepelekan masalah-masalah yang diperdebatkan.
  • Menghindari sikap fanatisem terhadapat pendapatnya sendiri
  • Menyuguhkan dalil-dalil yang dapat menguatkan pendapat antar kelompok debat.
  • Menghindari sikap penghinaan terhadap dalil-dalil para pendebat.
  • Menghindari sikap debat kusir dengan menjaga hak setiap pendebat untuk menyampaikan pandangannya tentang tema perdebatan.
  • Dan lain sebagainya.

Aturan dan tata kelola perdebatan (نظام وإدارة المناظرة)

Debat merupakan aktifitas intelektual, pendidikan, kebudayaan yang tinggi dengan peran masing-masing kelompok berbeda dengan kelompok yang lain dalam membahas permasalahan yang diperdebatkan. Dalam perdebatan pendidikan ada beberapa aturan atau tata kelola, diantaranya:

  • Mengumumkan motion/permasalahan/tema yang akan diperdebatkan.
  • Perkenalan antara kelompok pro dan kelompok kontra.
  • Adanya penjurian.
  • Menentukan kelompok pro dan kelompok kontra.
  • Memanggil setiap pembicara untuk menyampaikan pidatonya dan menyampaikan terima kasih setelah selesai berpidato.
  • Memberikan rasa terima kasih kepada setiap pembicara setelah perdebatan berakhir. Berkumpul dengan para juri untuk menentukan pemenang.
  • Menginformasikan hasil akhir.
  • Dan lain sebagainya

Beberapa Metodologio Debat yang Populer digunakan

Asian Parliamentaery


British Parliamentery


Referensi

'Ayadiy, B. a. (2013). Fann al Munazarat fi al Adab al Arabi Dirasah Uslubiyyah Tadawuliyyah. Oman: Daar Kunuz al Ma'rifah.

Qalh, A. b. (2012). Fann al Munazarah min Manzurin Tadawuliyyin . Sakrah: Jami'ah Muhammad Khaidar.

Salamiy, A. L. (2014). al Madkhal ila Fann al Munazarah. Qatar: Mu'assasah Qatar.

Sunaidi, I. b. (1430). al Hiwar wa al Munazarat fi al Islam Ahmad Dedaat Namudzajan fi al Ashr al Hadits. Jami'ah al Imam Muhammad bin Sa'ud al Islamiyyah.

Download Materi Tentang Seni Debat dengan klik tombol di bawah:

 

Download

Posting Komentar

0 Komentar