Sudah menjadi sebuah keniscayaan bahwa tatkala seseorang melakukan sebuah aktifitas, mereka selalu memiliki sebuah tujuan atas dilakukannya aktifitas tersebut, tidak terkecuali pada kegiatan peribadatan seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain.
Bahkan dalam sebuah khitobah atau ceramah yang dalam bahasa inggris kita kenal dengan istilah public speaking pun memiliki sebuah tujuan atau arah pandangan.
Para Ulama atau Dai (penceramah) yang aktif dalam dunia perpanggungan atau dunia dakwah akan selalu memegag tujuan ketika sedang melakukan ceramah atau khitobah di depan khalayak masyarakat umum.
Lantas, apa sajakah tujuan-tujuan dilakukannya ceramah atau khitobah itu sendiri menurut para pakar?
Di lansir dalam beberapa sumber seperti: kerangka teori khitabah yang diupload oleh Repository IAIN Kudus menyebutkan beberapa Tujuan-Tujuan Khitabah, diantaranya:
Menurut Mina Syanti Lubis, Supriyatmoko
Diantara tujuan-tujuan khitabah adalah sebagai berikut:
v
Memberikan informasi tentang suatu hal
v
Ajakan atau meyakinkan pendengar untuk melakukan sesuatu
v
Mendidik pendengar
v
Menghibur pendengar
Menurut Onong Uchjana Efendi
Tujuan-Tujuan khitabah dapat dirumuskan sebagai berikut:
q
Memberikan informasi kepada masyarakat
q
Memberikan pendidikan kepada masyarakat
q
Memberikan informasi yang dapat mempengaruhi masyarakat
q
Memberikan informasi yang menghibur masyarakat
Menutu Fitriana
Tidak jauh dengan beberapa pendapat di atas, Fitriana merumuskan beberapa tujuan khitabah seperti berikut:
q
Memberikan kabar atau informasi
q
Mengajak kepada suatu hal
q
Memberikan hiburaan
Jika kita menelaah lebih dalam lagi dari beberapa point tujua-tujuan khitabah yang digagas para pakar dalam bidangnya (khitabah:red) di atas, maka point terkahir tujuan khitabah yang berbunyi "memberi hiburan" tampaknya perlu diperluas dan ditambahkan tujuan khitabah yang lain seperti: "memberi peringatan".
Sebab kegiatan berceramah atau berpidato atau khitabah sejatinya tidak hanya ditujukkan untuk layaknya komedi yang hanya memberikan sebuah hiburan semata, melainkan khitabah lebih dari itu, yaitu memberikan sebuah informasi yang mengandung unsur peringatan.
Sebab, Rasulullah sendiri diutus Allah di atas muka bumi ini sebagai Basyiran wa Nadhiran "بشيرا ونذيرا" yang mengandung esensi sebagai "pemberi kabar gembira dan peringatan" alias siapa yang berbuat baik akan dibalas kebaikan oleh Allah dan Siapa yang berbuat maksiat akan dibalas adzab juga oleh Allah. Sehingga sejatinya khitabah tidak hanya memberikan kabar gembira,melainkan juga memberikan sebuah peringatan agar masyarakat tidak terlena dan lalai akan adanya larangan dari Allah yang bisa saja tanpa mereka rasakan ternyata justru dilaksanakan.
Itulah yang kemudian dalam ranah dakwah seorang pendakwah perlu memberikan peringatan (pendidikan, pengetahuan) agar masyarakat mengetahui sebuah perkara secara syamil (lengkap) sebagaimana di dunia ini pasti ada "Hitam dan Putih" sebuah kehidupan.
Jadi, Tidak salah jika dalam sebuah khitobah perlu disampaikan "Positif & Negatif", "Baik & Buruk", "Kebaikan & Kejahatan", dan lain sebagainya demi membuat pengetahuan masyarakat tidak timpang sebelah.
Allahu A'lam
0 Komentar