Berbicara mengenai permasalahan syirik memang tidak ada habisnya. Apalagi perbuatan syirik ini telah ada di zaman para nabi terdahulu, karena memang tugas yang diemban oleh para nabi dan rasul adalah untuk mengajarkan tauhid kepada umat manusia.
Kalau di zaman para nabi dan rasul bentuk kesyirikannya sangat nyata yaitu seperti melakukan penyembahan kepada patung, api, hewan, dan lain-lain yang di yakini dapat memberikan suatu manfaat dan mudharat kepada manusia.
Hal tersebut menambah sebuah argument bahwa ajaran tauhid memang sangat dibutuhkan sebagai upaya untuk mengenal Tuhan alam semesta yang telah menciptakan seluruh kehidupan. sehingga keberadaanNYA merupakan satu-satunya dzat yang wajib disembah.
Seiring berjalannya waktu, perbuatan syirik ini semakin merambah kepada hal-hal terkecil yang terkadang kita tidak merasakannya secara langsung telah terjerumus dalam perbuatan syirik.
Lantas, hal-hal apa sajakah yang perlu kita pahami dari perbuatan syirik ini?
Pengertian Syirik
Syirik merupakan kata serapa dari bahasa Arab “الشرك” yang bermakna sekutu, serikat, kongsi. Sedangkan, Syirik secara syariat adalah:
- Menjadikan sesuatu sebagai sekutu bagi Allah
- Menjadikan sesuatu sebagai tandingan bagi Allah
- Menyembah selain Allah
Mengapa Membahas Syirik
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan dasar atau alasan mengapa para ulama tidak melewatkan pembahasan seputar syirik ini. Diantara beberapa alasan pembahasan terkait syirik ini menjadi suatu yang hangat untuk diperbincangkan adalah sebagai berikut:
- Munculnya para Da'i yang selalu melontarkan kata "kafir" kepada orang lain
- Berbeda pendapat dicap sebagai kafir
- Pelaku tawassul, tabarruk, ziarah kubur, digolongkan sebagai kafir
- perlunya pembatasan makna kafir
Nah dari pembahasan di atas, maka perlu adanya kategorisasi perbuatan syirik itu sendiri sehingga dapat dilihat karakteristik perbuatan mana yang dapat dimasukkan kedalam kata "syirik" atau bahkan kafi:
q Beribadah kepada
selain Allah
Beribadah kepada
selain Allah ini sudah sangat jelas hukum kesyirikannya. Seperti menyembah
malaikat, menyembah nabi seperti Isa dan Uzair, Berhala, matahari, bulan, api,
sapi, dan lain sebagainya sebagai bentuk tandingan kepada Allah
q Tuduhan kafir kepada
sesama muslim tanpa bukti
Menuduh orang
lain sebagai kafir tanpa adanya bukti dapat membuat penuduh menjadi kafir
sesungguhnya. Hal tersebut sebagai mana sabda Rasulullah: “apabila seseorang
memanggil saudaranya dengan “wahai kafir” maka hukumnya akan terjadi pada salah
satu diantara mereka, jika tidak terbukti, maka kata kafir akan kembali kepada
si penuduh.
q Menisbatkan Anak
kepada Allah
Hal demikian
seperti perkataan orang nasrani: Isa adalah anak Allah, perkataan orang yahudi:
Uzair anak Allah, perkataan kuffar arab: Malaikat adalah putri-putri Allah
q Menisbatkan KeEsaan
Allah dengan orang lain
Seperti
menisbatkan bahwa Allah memiliki Istri, yanng artinya memiliki anak. Atau
bahkan memiliki orang tua yang artinya diperanakan
q Mengatakan Allah itu
2
Seperti
menganggap bahwa kebaikan itu penciptanya adalah Allah, sedangkan kejelekan
penciptanya adalah syaitan. Padahal kebaikan dan kejelekan itu atas kehendak
Allah
Bahkan dalam beberapa kajian lain dijelaskan lebih banyak lagi bahwa ketika seseorang mengatakan "Aku sakit karena kamu"/ "dia mati karena kamu" / "kayu ini terbakar karena api" itu bisa masuk dalam kategori syirik karena menganggap hubungan sebab akibat itu terjadi bukan karena Allah. Hal inilah yang dipersepsikan oleh para ulama bahwa apa yang terjadi di dunia ini adalah murni karena kehendak Allah dan kita dituntut untuk berusaha dan bertawakkal serta pasrah diri kepada Allah ketika dalam melakukan perbuatan apapun karena memang Allahlah dzat yang maha berkehendak atas makhlukNYA.
Allahu A'lam
Referensi:
- Syaikh Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Al Haddar, Ad Duru' Al Maani'ah wal Baraahin As Saathi'ah, (Ponpes Al Hikmah 2 brebes), Hlm. 56-57
0 Komentar