Advertisement

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Syirik Dalam Pandangan Ahlussunnah Wal Jama'ah


Berbicara mengenai permasalahan syirik memang tidak ada habisnya. Apalagi perbuatan syirik ini telah ada di zaman para nabi terdahulu, karena memang tugas yang diemban oleh para nabi dan rasul adalah untuk mengajarkan tauhid kepada umat manusia.

Kalau di zaman para nabi dan rasul bentuk kesyirikannya sangat nyata yaitu seperti melakukan penyembahan kepada patung, api, hewan, dan lain-lain yang di yakini dapat memberikan suatu manfaat dan mudharat kepada manusia.

Hal tersebut menambah sebuah argument bahwa ajaran tauhid memang sangat dibutuhkan sebagai upaya untuk mengenal Tuhan alam semesta yang telah menciptakan seluruh kehidupan. sehingga keberadaanNYA merupakan satu-satunya dzat yang wajib disembah.

Seiring berjalannya waktu, perbuatan syirik ini semakin merambah kepada hal-hal terkecil yang terkadang kita tidak merasakannya secara langsung telah terjerumus dalam perbuatan syirik.

Lantas, hal-hal apa sajakah yang perlu kita pahami dari perbuatan syirik ini?

Pengertian Syirik

Syirik merupakan kata serapa dari bahasa Arab “الشرك” yang bermakna sekutu, serikat, kongsi. Sedangkan, Syirik secara syariat adalah:

  • Menjadikan sesuatu sebagai sekutu bagi Allah
Artinya bahwa Allah memiliki sekutu dalam hal sesembahan alias ada tuhan lain yang wajib disembah. ini merupakan perbuatan syirik dan pelakunya dihukumi sebagai musyrik.
  • Menjadikan sesuatu sebagai tandingan bagi Allah
Artinya seseorang meyakini bahwa selain Allah juga memiliki kekuasaan, kekuatan, dan lain-lain dari berbagai sifat-sifat Allah. Padahal alam semesta dan beserta isinya merupakan atas kehendak Allah semata.
  • Menyembah selain Allah
Hal ini yang juga kemudian dapat dianggap inti dari perbuatan syirik, yaitu menyembah selain Allah seperti hewan, tumbuhan, patung, dan hal-hal lain yang merupakan unsur ciptaan Allah atau bahkan ciptaan manusiaa sendiri yang kemudian dijadikan sesembahan selain Allah.

Mengapa Membahas Syirik

Ada beberapa hal yang dapat dijadikan dasar atau alasan mengapa para ulama tidak melewatkan pembahasan seputar syirik ini. Diantara beberapa alasan pembahasan terkait syirik ini menjadi suatu yang hangat untuk diperbincangkan adalah sebagai berikut:

  • Munculnya para Da'i yang selalu melontarkan kata "kafir" kepada orang lain
  • Berbeda pendapat dicap sebagai kafir
  • Pelaku tawassul, tabarruk, ziarah kubur, digolongkan sebagai kafir
  • perlunya pembatasan makna kafir
Dari alasan-alasan di atas, maka tidak terlepas dari adanya sangkut paut atau keterkaitan dengan bidang aqidah - ibadah - muamalah. Dikatakan berhubungan dengan aqidah karena pembahasan syirik ini bertalian erat dengan aqidah. Dikatakan berhubungan dengan ibadah karena memang perbuatan syirik ini bertalian dengan masalah sesembahan yang menjadi salah satu dari sekian banyak bentuk ibadah kepada Allah. serta dikatakan berkaitan dengan muamalah karena memang melontarkan kata "kafir" kepada orang lain, sama saja membuat suatu masalah dalam hal muamalah atau interaksi antar manusia.

Nah dari pembahasan di atas, maka perlu adanya kategorisasi perbuatan syirik itu sendiri sehingga dapat dilihat karakteristik perbuatan mana yang dapat dimasukkan kedalam kata "syirik" atau bahkan kafi:

q  Beribadah kepada selain Allah

Beribadah kepada selain Allah ini sudah sangat jelas hukum kesyirikannya. Seperti menyembah malaikat, menyembah nabi seperti Isa dan Uzair, Berhala, matahari, bulan, api, sapi, dan lain sebagainya sebagai bentuk tandingan kepada Allah

q  Tuduhan kafir kepada sesama muslim tanpa bukti

Menuduh orang lain sebagai kafir tanpa adanya bukti dapat membuat penuduh menjadi kafir sesungguhnya. Hal tersebut sebagai mana sabda Rasulullah: “apabila seseorang memanggil saudaranya dengan “wahai kafir” maka hukumnya akan terjadi pada salah satu diantara mereka, jika tidak terbukti, maka kata kafir akan kembali kepada si penuduh.

q  Menisbatkan Anak kepada Allah

Hal demikian seperti perkataan orang nasrani: Isa adalah anak Allah, perkataan orang yahudi: Uzair anak Allah, perkataan kuffar arab: Malaikat adalah putri-putri Allah

q  Menisbatkan KeEsaan Allah dengan orang lain

Seperti menisbatkan bahwa Allah memiliki Istri, yanng artinya memiliki anak. Atau bahkan memiliki orang tua yang artinya diperanakan

q  Mengatakan Allah itu 2

Seperti menganggap bahwa kebaikan itu penciptanya adalah Allah, sedangkan kejelekan penciptanya adalah syaitan. Padahal kebaikan dan kejelekan itu atas kehendak Allah

Bahkan dalam beberapa kajian lain dijelaskan lebih banyak lagi bahwa ketika seseorang mengatakan "Aku sakit karena kamu"/ "dia mati karena kamu" / "kayu ini terbakar karena api" itu bisa masuk dalam kategori syirik karena menganggap hubungan sebab akibat itu terjadi bukan karena Allah. Hal inilah yang dipersepsikan oleh para ulama bahwa apa yang terjadi di dunia ini adalah murni karena kehendak Allah dan kita dituntut untuk berusaha dan bertawakkal serta pasrah diri kepada Allah ketika dalam melakukan perbuatan apapun karena memang Allahlah dzat yang maha berkehendak atas makhlukNYA.

Allahu A'lam

Referensi:

  • Syaikh Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Al Haddar, Ad Duru' Al Maani'ah wal Baraahin As Saathi'ah, (Ponpes Al Hikmah 2 brebes), Hlm. 56-57

Posting Komentar

0 Komentar