01 Februari 2022 - Kalender hijriyah yang kita kenal dalam penanggalan Islam tidak jauh berbeda dengan kalender Masehi ataupun kalender-kalender lain yang dalam satu tahun terdiri dari 12 bulan
.
Dalam kalender hijriyah sendiri terdapat satu nama bulan yang sangat renyah untuk ditelaah makna kata dan sejarah penamaannya, yaitu bulan "Rajab". Bahkan, penamaan tersebut masih terasa hangat untuk diperbincangkan pada moment-moment perayaan bulan rajab atau bahkan hanya sebatas obrolan ringan dalam setiap halaqah pembelajaran
.
Rajab merupakan deret bulan ke-7 dalam kalender hijriyah yang jatuh setelah bulan Jumadal 'Ula dan Jumadal Akhirah
.
Apakah kata "Rajab" berasal dari kata Rujbah yang memiliki makna "kayu yang bercabang"? ataukah berasal dari kata "Rajaba" yang bermakna "Addhama" alias mengagungkan? ataukah apa? (Halimi Zuhdy, Asal Kata Rajab, Nama-Nama dan Kemuliaan Bulan Rajab)
.
Inilah yang kemudian menjadi satu bahan renyah untuk dikaji tentang asal penamaan bulan "Rajab" itu sendiri dalam kalender Hijriyah
.
Bahkan dalam beberapa literatur, jika dikatakan "Rajaban/رجبان" maka bulan yang dimaksud adalah bulan "Rajab dan Sya'ban". Dinamakan "Rajab" karena kata Rajab memiliki makna "Addhama wa Qaddasa' yang artinya "mengagungkan dan menyucikan". Sifat dari kata Rajab sendiri yang berupa "Addama dan Qaddasa" bukan merupakan makna asli. Akan tetapi, asal penamaan bulan tersebut karena memang bulan Rajab di masa Jahiliyyah merupakan bulan suci. dimana, di bulan Rajab ini, mereka selalu melakukan penyembelihan hewan qurban dan melakukan kegiatan manasik haji, sehingga teranglah bahwa Rajab dapat dipahami sebagai bulan "Ta'dhim wa Taqdis" (pengagungan dan penyucian)
.
Selain itu, bulan Rajab juga dikenal sebagai Asy Syahr Al Fard (الشهر الفرد) yang bermakna bulan tunggal. Dasar penamaan tersebut dilatarbelakangi oleh adanya orang-orang jahiliyyah di masa lalu yang sepakat bahwa dalam bulan-bulan Haram, 3 diantaranya berurutan (السرد), dan 1 diantaranya menyendiri (الفرد). Bulan-bulan yang berurutan yang dimaksud adalah bulan Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, serta Muharram. Dikatakan (السرد) karena memang ketiga bulan tersebut saling berderet, sedangkan Rajab sendiri terpisah/tersendiri.
Pendapat Ulama Tentang Rajab
.
Beberapa ulama kenamaan tafsir dari Arab memiliki perbedaan pendapat dalam memberikan tafsiran mereka, sehingga konotasinya adalah bahwa makna kata "Rajab" sendiri masih menjadi misterius, samar-samar, kabur, dan tidak jelas. Al- Bairuniy mengatakan: "penamaan bulan rajab didasarkan pada aktifitas orang-orang jahiliyyah yang banyak bergerak (bukan pada peperangan), atau penamaan bulan Rajab berasal dari kata "Rujbah" yang artinya penopang, penyangga, tiang, atau pilar, atau dapat dikatakan sebagai bulan yang mulia dan diagungkan. Dikatakan juga bahwa Rajab sendiri berasal dari kata "Rajaba" yang artinya "menahan diri dari peperangan" karena bulan Rajab adalah bulan yang dihormati.
.
Dari beberapa penafsiran diatas terkait asal penamaan bulan Rajab dan maknanya eperti al-Harakat (gerakan), al-Kaff 'an al-Qitaal (menahan diri dari peperangan), dan Ta'dhim (pengagungan) masih menyimpan banyak spekulasi dan penafsiran. Karena Kata "Rajab" juga dapat bermakna "cabang" yang memiliki keterkaitan dengan tumbuhan atau pertanian. sehingga penamaan seputar Rajab dalam hal ini menjadi suatu penguat bahwa dahulu, bulan Rajab merupakan salah satu bulan yang disucikan dan diagungkan di kalangan kaum jahiliyyah, serta bulan pendahuluan musim semi alias kembalinya kehidupan di atas bumi bagi seluruh bangsa di masa lampau atas hujan rahmat Tuhan, hingga pada akhirnya mereka menyembelih hewan sesembelihan untuk dipersembahkan kepada Tuhan
.
Dalam satu pendapat lain, ada yang mengatakan bahwa penamaan bulan Rajab dengan istilah Rajab disadur dari salah satu nama Tuhan kesuburan atau Tuhan kurma, jadilah Rajab merupakan nama dari salah satu sesembahan untuk Tuhan ini.
Allahu A'lam
Referensi:
Dr. Anis, Nama-nama bulan dalam Arab dan Makna-Maknanya, (Beirut: Dar al Ilm lil Malaayin, 1952)
0 Komentar