Sudah jamak dalam bidang linguistik, bahwa penerjemahan termasuk salah satu rumpun bidang linguistik terapan. Sebab, rumusan-rumusan teori dalam linguistik teoritis laik untuk diterapkan dalam bidang terjemahan.
Dewasa ini, teori-teori terjemah sudah dipetakan ke dalam beberapa tugas, Menurut (Newmark, 19888: 9-10) tugas-tugas teori terjemah tersebut diantaranya:
- Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah-masalah yang kerap ditemukan dalam proses penerejmahan.
- Menerangkan faktor-faktor yang perlu dihadirkan dalam rangka mengurai masalah-masalah tersebut.
- Menyenaraikan prosedur penerjemahan yang dapat diterapkan.
- Memberikan rekomendasi terkait prosedur penerjemahan yang paling wajar dan mirip sesuai bahasa tujuan.
Unsur-unsur teori terjemah di atas sangat penting bagi seorang penerjemah yang menempati posisi sebagai mediator antara penulis dan pembaca. Dimana, penerjemah tersebut mencoba mengungkapkan ide seorang penulis kepada seorang pembaca dengan bahasa penerima (pembaca) yang ekuivalen (mirip/sama) dengan bahasa sumber (penulis). Sudah barang tentu, proses penerjemahan akan sangat sulit dan terkendala dengan adanya perbedaan bahasa, budaya, kontek sosiologis yang terdapat diantara bahasa bahasa penerima dan bahasa sumber. Di sinilah tugas seorang penerjemah adalah menghilangkan kendala tersebut dengan menggunakan metode dan prosedur terjemah. Sehingga Metode dan Prosedur penerjemahan inilah yang kemudian menjadi bidang garapan teori terjemah.
Berdasarkan penjelasan di atas, dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur penerjemahan dapat berupa:
- Penulis (melalui bahasa yang akan diterjamaahkan)
- Penerjemah (seseorang yang menerjemahkan bahasa penulis)
- Naskah atau bahasa yang sudah diterjemahkan
- Pembaca (terjemah tulis) atau pendengar (terjemah lisan) dari hasil terjemahan
Referensi:
Syihabudin, Penerjemahan Arab-Indonesia: Teori dan Praktik
0 Komentar