Advertisement

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Menilik Hadits Nabi Tentang Diangkatnya Ilmu Dari Permukaan Bumi

Allah SWT merupakan satu-satunya dzat pemilik pengetahuan yang terdapat di alam semesta ini. Sebab Allah lah awal dari segala sesuatu. Kemudian Allah menganugerahkan sekelumit dari ilmuNya tersebut kepada hambanya. Bila sekelumit ilmu Allah yang dianugerahkan tersebut diumpamakan dengan sebuah air, maka seperti satu tetes air yang jatuh di permukaan luasnya lautan. Ilmu allah sangatlah tak terbatas. bahkan jika saja lautan dijadikan tinta dan dahan-dahan pepohonan dijadikan sebagai pena untuk menulis Ilmu Allah, maka semua itu tidak cukup untuk menulis seluruh ilmu Allah. hal demikian sebagaimana dalam firmanNya surat Al Kahf: 109.

قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا

Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu.

Oleh karena Allah yang memberi Ilmu kepada hambaNya, maka kelak ilmu itupun akan dicabut dan diangkat oleh Allah dari permukaan bumi. 

Kemudian, yang menjadi satu pertanyaan adalah: bagaimana Allah mengangkat ilmu itu? apakah dengan langsung diangkat kelangit ataukah bagaimana?

Maka untuk menelisik dan menjawab pertanyaan itu, kita harus melihat beberapa keterangan dari hadits Rasulullah tentang gambaran diangkatnya Ilmu dari atas muka bumi ini.
Perhatikan hadits riwayat Abu Umamah dari Rasulullah:


يا أيها الناس خذوا من العلم قبل أن يقبض وقبل أن يرفع من الأرض، ألا إن ذهاب العلم ذهاب حملته، فسأله أعرابي فقال: يا رسول الله كيف يرفع العلم منا وبين أظهارنا المصاحف ولم يتعلقوا منها بحرف فيما جاءهم أنبياؤهم.

Rasulullah bersabda: "wahai seluruh umat manusia, carilah ilmu selagi ilmu tersebut diangkat oleh Allah dari muka bumi. Ketahuilah bahwa diangkatnya ilmu adalah dengan wafatnya para ahli ilmu (ulama). Kemudian seorang badui bertanya kepada Rasulullah: wahai Rasulullah, bagaimana Allah mengangkat ilmu tersebut sedangkan diantara kami masih ada mushaf yang tidak akan pernah berubah sedikitpun walaupun satu huruf semenjak diturunkan kepada para nabi.

Ibnu Mas'ud berkata: Selagi umat manusia akan berpegang teguh kepada ajaran Rasulullah dan para sahabat, maka mereka akan selalu dalam kebaikan. Namun sebaliknya, jika mereka berpegang pada orang-orang bodoh, maka hanya tinggal menunggu waktunya tiba, mereka akan binasa.

Imam Bukhari meriwayatkan satu hadits dari Abu Hurairah, Abu Hurairah dari Rasulullah, bahwa Rasulullah bersabda:

لا تقوم الساعة حتى تأخذ أمتي يأخذ القرون قبلها شيرا بشبر وذراعا بذراع، فقيل يا رسول الله كفارس والروم؟ فقال ومن الناس إلا هم.

"Kiamat tidak akan terjadi sampai umatku (Muhammad SAW) meniru dari umat-umat terdahulu sedikit demi sedikit. Kemudian salah satu sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, apakah seperti kaum Persia dan Romawi. Rasulullah menjawab: siapa lagi kalau bukan mereka".

Kemudian Imam At Thabari meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud dari Rasulullah:

 إن أول هذه الأمة خيارهم وأخرها شرارهم مختلفين متفرقين . ومن يؤمن بالله واليوم الأخر فلتأته ميتته وهو يأتي إلى الناس ما يحب أن تؤتى إليه

"Sesungguhnya, generasi awal-awal umat ini adalah orang-orang pilihan. Sedangkan generasi terakhir adalah orang-orang yang buruk, mereka saling berbeda dan terpecah. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, semoga saja segera dijemput ajalnya. Dia akan memperlakukan manusia sesuai apa yang Ia sukai dari mereka".

Dalam kitab Fathul Bari dijelaskan juga perihal suatu masa yang buruk yang diriwayatkan dari Masyruq dari Ibnu Mas'ud.

Apa yang disampaikan Oleh Ibnu Mas'ud terkait suatu masa?

Perhatikan perkataan Ibnu Mas’ud berikut ini: 

"Tidak akan datang suatu masa atau waktu kecuali lebih buruk dari masa sebelumnya.

Ingatlah bahwa yang dimaksud dari perkataan tersebut bukan untuk membandingkan antara satu pemimpin dengan pemimpin yang lainnya, dan orang awam yang satu dengan orang awam yang lain. Akan tetapi yang dimaksud adalah kepergian para ulama dan ahli fiqih (meninggal), kemudian suatu kaum akan kebingungan. Pada akhirnya akan ada seseorang yang datang dengan pendapatnya sendiri, mereka itulah orang yang akan merusak Islam.

Referensi:
Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asyari, Risalah Ahlissunnah wal Jamah'ah.

Posting Komentar

0 Komentar